(Santo Arnold Janssen)
© Misjonarz Werbista 2018
Perjalanan sepanjang tiga hari dari Polandia ke Papua Nugini. Saya berangkat pada hari Jumat pukul 3 sore dan tiba di Papua Nugini pada Senin pagi. Ini bukan hanya perubahan benua, tetapi terutama lompatan ke dunia yang berbeda. Untungnya, saya sudah tahu sedikit tentang kehidupan di Asia. Jadi saya tidak terlalu mengalami culture shock.
Pertama, ada transfer di Dubai, di mana saya menunggu pesawat selanjutnya ke Singapura. Semuanya berjalan lancar di sini. Namun, setelah sampai di bandara Singapura, ternyata sayangnya penerbangan ke Papua hari itu dibatalkan. Maskapai menyediakan transportasi untuk semua penumpang ke hotel di pusat kota. Kami menghabiskan hampir sepanjang hari di sana.
Pada hari Minggu Tritunggal, saya merayakan Misa Kudus di katedral. Ada banyak orang Katolik di situ. Pengaturan liturgi yang indah dan kor menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Latin. Itu sangat menyenangkan.
Pada hari Minggu sore kami kembali ke bandara untuk terbang ke Port Moresby (PNG) setelah lama menunggu. Kali ini kami mendarat setelah 6 jam penerbangan, tetapi pada saat kedatangan ternyata sekelompok besar penumpang tidak ada barang bawaannya. Sungguh mengecewakan, karena setelah menempuh perjalanan jauh semua orang ingin beristirahat dan berganti pakaian. Para petugas bandara memastikan bahwa barang bawaan pasti sampai di tempat tujuan, namun belum diketahui kapan.
Institut Teologi Katolik di Bomana terletak di dekat ibu kota negara. Ada banyak seminaris dari berbagai tarekat, serta seminaris dari seluruh keuskupan di Papua. Saya akan mengajari mereka sejarah Gereja dan patrologi, yaitu pengetahuan para Bapa Gereja. Komunitas SVD menyambut saya dengan sangat hangat. Para konfrater berasal dari Polandia, Indonesia, Filipina, dan para seminaris dari Papua. Jumlah mereka tidak melebihi 10 orang. Direktur institut tersebut adalah Pater Zenon Szabłowiński, seorang misionaris SVD dari Polandia. Di antara para dosen ada orang Polandia, Amerika dan Papua.