Doa Serikat Sabda Allah

 

Semoga tersingkirlah kegelapan dosa dan malam tak beriman
di hadapan cahaya
Sabda Allah dan Roh Rahmat
dan semoga hati Yesus hidup
dalam hati semua orang.

 

(Santo Arnold Janssen)

trzebuniak@werbista.pl

Twitter

Facebook 

Linkedin

Google+

04 April 2019

Rumah Aman

Selama dua hari, 9-10 Maret 2019 saya mengikuti workshop di Jakarta tentang pembuatan SOP (Standart Operasional Prosedur) pengelolaan rumah aman atau shelter bagi para  korban perdagangan manusia dari CWTC (Counter Woman Trafficking Commission) – IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia). Kegiatan ini dihadiri 32 orang perwakilan biarawati dari seluruh Indonesia. Kegiatan diadakan di Rumah Doa St. Maria Guadalupe, rumah retret milik para Suster Kongregasi Misionaris Claris. Di Perumahan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Selama worshop berlangsung banyak wawasan disampaikan oleh narasumber, baik dari pihak Kementrian Sosial, IOM (International Organization for Migration) maupun sharing dari tiga orang suster yang mewakili tarekatnya yang telah lama mengelola rumah aman bagi para korban human trafficking. Melalui kesaksian para Suster dan Saudari-saudari yang berkarya dalam pelayanan ini hati saya semakin tergelitik.

Sejak menerima undangan, saat mengikuti workshop hingga kegiatan ini selesai di dalam hatiku terus muncul pertanyaan “Apa Tuhan yang Kau kehendaki dari saya?”. Ada rasa yang terus mengusik dalam hati yang belum bisa saya beri nama. Dada ini terasa sesak, namun ada semangat yang membara. Sepanjang perjalanan pulang 14 jam dari Jakarta ke Surabaya dengan bus malam hatiku berkobar dalam doa dan dialog dengan Allah. Saya bayangkan orang-orang yang telah berjuang dalam pelayanan ini.  Saya berniat untuk belajar dan bekerjasama dengan mereka. Perjalanan yang panjang dan kurang nyaman sedikit membuatku lelah, namun tetap semangat.

Sejak kaul pertama, 2005 sebagai SSpS saya belum pernah terlibat secara langsung dalam pelayanan bagi korban human trafficking. Namun  di sekolah tempatku bekerja erat terkait dalam lingkaran ini. Dari balik rumah pembinaan saya juga bergaul akrab dengan anak-anak dari keluarga buruh migran Indonesia, karena kota Blitar adalah salah satu kantong TKI/TKW Indonesia. Keberpihakan kepada perempuan dan anak-anak yang rentan menjadi korban kekerasan menjadi fokus misi bagi SSpS. Doa seputar altar dan doa intensi bersama para formandi memang saya buat, tetapi tindakan nyata dari dalam hati yang tergerak oleh belas kasi dan empati belum.

Sharing para suster, realitas data bahwa tenaga kerja Indonesia adalah korban urutan kedua di dunia  dan semangat yang pernah ditanamkan oleh seorang formator di postulan menggugah hatiku untuk mohon pada Tuhan agar membantu saya, komunitas dan provinsi juga banyak hati agar lebih berani bergerak mewujudkan “Rumah Aman” bagi sesama kita yang menjadi korban kekerasan dan perdagangan manusia.

Sr. Sisilia Andri SSpS