Doa Serikat Sabda Allah

 

Semoga tersingkirlah kegelapan dosa dan malam tak beriman
di hadapan cahaya
Sabda Allah dan Roh Rahmat
dan semoga hati Yesus hidup
dalam hati semua orang.

 

(Santo Arnold Janssen)

trzebuniak@werbista.pl

Twitter

Facebook 

Linkedin

Google+

29 August 2019

Pertumbuhan Gereja

Tampaknya Gereja Katolik dalam krisis besar. Jika kita membaca informasi tentang situasi Gereja di Eropa atau di Amerika Serikat, kita mungkin berpikir seperti itu. Karena apa yang terjadi di sana mempengaruhi seluruh dunia. Tetapi Gereja adalah komunitas yang harus dibedakan dari organisasi lain dan kelompok sosial. Menurut Konsili Vatikan Kedua, Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus (lih. CCC 790). Oleh karena itu, bahkan jika penyakit tersebut mempengaruhi bagian komunitas ini, itu tidak berarti bahwa seluruh organisme akan segera mati.
Bukti ini dapat ditemukan dalam pertumbuhan Gereja Katolik di Asia, khususnya di pulau Flores di Indonesia. Setiap hari Minggu semua gereja dipenuhi umat paroki di sana. Selain itu, komunitas dasar mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan mulai membangun gereja baru sendiri. Itu berarti tanpa bantuan keuangan dan dukungan dari negara-negara Eropa yang lebih kaya. Selain itu, komunitas religius yang didirikan oleh orang Eropa, sekarang punya para pemimpin yang berasal dari Indonesia.
Tentu saja, Gereja Katolik di Asia juga mengalami kesulitan. Meskipun begitu, iman Katolik berkembang di Flores. Buktinya terlihat dalam panggilan religius dan imam yang baru. Sebagai contoh, hanya dari salah satu paroki SVD yang berlokasi di Mangulewa (dekat kota Bajawa, bagian tengah Flores), lebih dari 20 orang mau masuk hidup di biara. Di Seminari Tinggi Ledalero, hampir 160 kandidat baru mendaftar untuk studi. Tetapi hanya 90 yang diterima karena persyaratan.
Bagaimana kita dapat memahami misteri Gereja? Bagaimana kita dapat menemukan solusi untuk masalah-masalah yang memengaruhi Gereja Katolik di dunia? Mungkin, kita harus belajar dari biografi Santo Agustinus dan mohon pertobatan diri sendiri. Sikap rendah hati memberi kita kesempatan untuk memulai dialog dengan Tuhan dan juga dengan orang-orang yang lebih membutuhkan dicintai daripada diberi perintah.
Krisis bukanlah waktu yang buruk untuk merenungkan situasi Gereja Katolik. Bahkan, ini mungkin waktu terbaik untuk meninjau prioritas kita. Dengan demikian, kita semua dapat kembali ke "cinta pertama". Kita bisa belajar dari orang kudus yang telah bergabung dengan Gereja karena mereka menemukan di dalamnya kesempatan untuk pertobatan diri. Orang-orang muda Katolik di Flores mengajarkan kita rasa hormat kepada biarawan-biarawati, para imam dan misionaris. Marilah kita mencari yang baik dalam Gereja. Kita tidak boleh berfokus pada dosa saudara dan saudari kita.