Doa Serikat Sabda Allah

 

Semoga tersingkirlah kegelapan dosa dan malam tak beriman
di hadapan cahaya
Sabda Allah dan Roh Rahmat
dan semoga hati Yesus hidup
dalam hati semua orang.

 

(Santo Arnold Janssen)

trzebuniak@werbista.pl

Twitter

Facebook 

Linkedin

Google+

16 December 2019

Pertemuan dengan orang

Setahun di Indonesia membuat saya merenungkan pekerjaan misionaris di negara ini. Di Indonesia, saya masih terkesan dengan kebaikan dan kehangatan penduduk. Setiap saat saya bertemu dengan orang-orang baru. Tentu saja, sebagian besar orang Indonesia adalah Muslim, tetapi saya terutama bertemu dengan orang Katolik. Pertemuan-pertemuan ini beragam - dari pertemuan dengan SVD dan suster dari berbagai kongregasi religius, melalui pertemuan dengan rekan-rekan dari kursus bahasa Indonesia, serta dengan orang-orang Indonesia secara acak.

Saya tinggal di Jawa selama tiga bulan terakhir, di mana saya belajar bahasa resmi - bahasa Indonesia. Saya sering bepergian dari Yogyakarta, ke Surabaya, ke Malang, ke Jakarta dan bahkan ke Batam. Orang-orang yang ramah menemani saya ke mana-mana. Karena orang Indonesia pada dasarnya sangat terbuka dan mau melakukan kontak dengan pendatang baru. Apalagi jika orang ini adalah misionaris dengan kulit putih dan imam. Kemudian orang asing itu diperhatikan seperti raja. Banyak orang ingin mengambil foto dan berbicara sedikit.

Di Yogyakarta saya bertemu terutama dengan mahasiswa-mahasiswi dan guru karena di situ ada banyak universitas. Saya menjalin pertemanan baru di biara SVD dari berbagai pulau di Indonesia, tetapi terutama dari NTT. Saya juga bertemu dengan biarawan-biarawati dan para guru. Saya sering diundang untuk merayakan Ekaristi di biara-biara. Selain itu saya mengunjungi keluarga Indonesia di mana saya dapat belajar lebih banyak tentang budaya dan masakan Indonesia.

Semua pertemuan dengan orang-orang tetap dalam ingatan dan hati saya. Karena saya mengalami kebaikan, dukungan, dan bantuan dari banyak orang yang saya temui pertama kali dalam hidup saya. Ada banyak pertemuan seperti itu. Sebagai contoh: di Jakarta saya sudah punya banyak teman dari paroki SVD sehingga setiap kali saya pergi ke sana, saya disambut dan diundang untuk makan bersama. Demikian pula, di Surabaya, di mana saya mengenal orang tua misionaris SVD yang bertugas di Madagaskar. Saya punya teman baru juga di Batam - di bagian utara Indonesia, tidak jauh dari perbatasan dengan Singapura.

Saya perlahan menetap di Indonesia, khususnya di pulau Flores di NTT. Melalui Internet saya dapat berkomunikasi dengan semua teman baru. Saya sering meyakinkan mereka tentang doa saya dan meminta doa mereka. Kita semua membutuhkan hubungan yang baik, serta kepastian bahwa kita diterima dan disambut. Orang Indonesia sangat positif dan berpikiran terbuka sehingga saya merasa seperti di rumah. Tentu saja, membangun hubungan adalah proses yang panjang. Kami saling belajar sepanjang waktu. Orang Indonesia membutuhkan hubungan dengan orang-orang dari Eropa, dan orang Eropa membutuhkan hubungan dengan budaya Asia. Kita semua harus berterima kasih kepada Bapa surgawi yang mengizinkan kita untuk bertemu dan saling memperkaya melalui pertemuan-pertemuan semacam itu.