MASUK RUMAH TUHAN DAN MAKAN ROTI TUHAN
Salah satu ungkapan sederhana yang sering kita dengar; “Kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan” mau mengatakan kepada kita bahwa tujuan manusia makan adalah demi menjaga kelangsungan hidup. Kita bukan mengisi hidup hanya dengan makan. Ada begitu banyak hal yang perlu mendapat perhatian dalam perjalanan hidup manusia terutama dalam mengarahkan pada tujuan. Makanan secara jasmani kita upayakan setiap hari, lebih-lebih makanan bagi jiwa. Pengalaman setiap hari merayakan Ekaristi bersama komunitas menjadi sarana untuk pemenuhan makanan jiwa kita yang utama. “Pusat dan sumber kehidupan komunitas adalah Ekaristi” (konst. SSpS 302).
Kepedulian Yesus pada kebutuhan dasar manusia akan makanan diungkapkan dalam beberapa kesempatan perjumpaan Yesus dengan masyarakat pada zamanNya. Yesus memberi makan lima ribu orang yang dicatat dalam keempat Injil. Setelah membangkitkan putri Yairus, Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan (Mrk 5:43), pada saat berjalan bersama para muridNya di hari Sabat dan para murid memetik bulir gandum (Mrk 2:23–28). Menjelang hari kematianNya Yesus mengadakan perjamuan malam (Mat. 26:26-29, Mrk. 14:22-25, Luk.22:15-20, 1 Kor 11:23-25) dan setelah Ia bangkit dalam penampakanNya kepada semua murid, Ia menanyakan “adakah padamu makanan di sini?” (Luk.24:41b)
Perhatian dan kepedulian Yesus pada “manusia yang lapar” digerakkan oleh hatiNya yang berbelas kasih. Hukum dan peraturan yang dibuat oleh manusia tidak dapat membatasi ungkapan belas kasih Yesus pada sesama. Sebagai orang-orang yang mengikuti Yesus kita pun diundang untuk memiliki ketergerakkan hati pada kekurangan dan kelaparan sesama. Teladan Yesus ini semakin meneguhkan kita dalam menjalankan misi perutusanNya dalam hidup bersama di dalam komunitas maupun dalam perjumpaan dengan mitra misi dimana pun kita diutus.
Setiap langkah memasuki rumah Tuhan mengandung undangan dan konsekuensi, kita yang telah mendapat makanan dari Roti Hidup, kita juga diundang untuk menjadi roti-roti yang membawa harapan dan kehidupan satu sama lain.
© Misjonarz Werbista 2018
(Santo Arnold Janssen)