Saat membaca Injil Lukas 5 : 33-39 dan mengikuti perayaan Ekaristi pagi ini saya terinspirasi dengan ayat 38 yang berbunyi ”Tetapi anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula”. Ayat ini menjadi bahan doaku hari ini.
Berjalan dengan kelompok orang muda yang dipercayakan Allah dalam pelayanan formasi menantang saya untuk menemukan cara yang kreatif dan sesuai untuk membantu mereka berani mengalami keheningan, setia pada hal-hal kecil, bersyukur atas makanan yang ada, sederhana dalam tutur kata, ugahari dan berani melawan kecenderungan “hedonisme”
Sebelum membantu mereka, saya sendiri perlu bertobat terus menerus dan membaharui diri, setia dalam doa, dan rela bekerja keras.
Pendidikan nilai dan cara yang saya terima serta alami sekitar 15 tahun yang lalu di formasi dasar tidak seluruhnya dapat diterapkan pada para calon dari generasi milenial saat ini.
Dari pengalaman 5 tahun berjalan bersama orang muda di formasi saya mengalami Allah yang kreatif. Allah yang selalu punya cara berkomunikasi dengan umat sesuai zamannya dan personal. Melalui mengakrabi SabdaNya, Dia berkenan dikenal. Yang kita butuhkan adalah kesetiaan.
Kesetiaan itu saya ibaratkan ruang dan waktu yang disediakan supaya anggur baru mengalami proses menjadi tua dan enak untuk dinikmati. Proses ini membutuhkan sarana; seperti waktu yang cukup, suhu udara yang sesuai, wadah yang tepat, terjadi proses fermentasi dan diperlukan kesabaran. Semua sarana itu membantu mengubah cita rasa anggur sampai enak betul dan siap dinikmati.
Sr. Sisilia Andri SSpS
© Misjonarz Werbista 2018
(Santo Arnold Janssen)